Firman Alloh

Jumat, 27 Januari 2012

MENGGUNAKAN SECARA LISAN KALIMAT TANYA/PERTANYAAN



MENGGUNAKAN SECARA LISAN
KALIMAT TANYA/PERTANYAAN

Standar Kompetensi
·         Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat madya
Kompetensi Dasar
·         Menggunakan secara lisan kalimat tanya/pertanyaan dalam konteks bekerja
Indikator
·         Mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan topic pembicaraan untuk menggali informasi secara santun
·         Mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak , misalnya untuk memantapkan pemahaman (klarifikasi), meminta kepastian (konfirmasi)
·         Menggunakan pertanyaan retorik dengan menerapkan konsep dan ciri kalimat retorik
·         Mengajukan pertanyaan secara tersamar dengan kalimat tanya untuk tujuan selain bertanya, seperti: memohon, meminta, menyuruh, mengajak, merayu, menyindir, meyakinkan, menyetujui, atau menyanggah


Wacana

-Nya yang Tidak Posesif

Kita sering menerima pesan yang berbunyi, “Terima kasih atas infonya.” Barangkali kita tak bertanya-tanya lagi karena kalimat itu terdengar atau terbaca biasa-biasa saja dan dapat kita pahami maknanya. Hanya satu-dua orang mengoreksinya menjadi “Terima kasih atas infomu” atau “Terima kasih atas info Anda”. Menurut mereka itu lebih afdol sebab enklitika –nya menunjukkan info yang dimaksud berasal dari orang ketiga. Padahal, sebenarnya itu datang dari orang kedua yang menjadi kawan berkomunikasi pihak pengirim pesan.
Dalam pembicaraan langsung kita sering bicara kepada lawan bicara, “Di mana istrinya?”, sedangkan yang kita tanyakan adalah istri kawan bicara kita, bukan istri orang lain. Kawan  bicara kita ternyata memahami pertanyaan kita dan menjawab dengan menyebutkan keberadaan istrinya. Tidakkah kita seharusnya bertanya, “Di mana istrimu?”, sebab orang yang kita tanyakan adalah istri kawan bicara kita, orang kedua?
Mengacu kepada siapa atau enklitika –nya pada kata-kata seperti sebenarnya (sebenarnya dia baik), bukannya (bukannya berhenti, ia malah lari), tadinya (tadinya saya mau pergi), atau panasnya (Panasnya bukan main)? Tentu saja enklitika –nya di sana tak berfungsi menyatakan kepemilikan (posesif) orang ketiga. Bagaimana jika enklitika –nya pada contoh kata di atas dihilangkan? Apakah makna yang hendak disampaikan masih sama apabila tanpa enklitika –nya?
Enklitika –nya dalam bahasa Indonesia tak selalu menyatakan kepemilikan (posesif) orang ketiga tunggal, melainkan juga menyatakan sesuatu yang definitif (tertentu) seperti dalam kalimat “terima kasih atas infonya”. Dalam bahasa Inggris soalnya jelas, kalimat “Thank you for the information” sama saja dengan “Thank you for your information”. Artikel the yang merupakan ciri definite article normalnya dalam bahasa Indonesia diterjemahkan jadi itu, tersebut, atau –nya.
Jika dalam pembicaraan langsung kita menggunakan kata ganti orang ketiga, padahal orang yang kita maksudkan adalah orang kedua, itu semata-mata karena kita menempatkan orang yang kita maksud sebagai persona tersendiri. Jadi, kita melihat kawan bicara kita terdiri atas peran suami dan istri (dua orang) sehingga kita bertanya “Di mana istrinya?” (maksudnya: Di mana pemeran istri?) alih-alih “Di mana istrimu?”.
Dalam kata-kata sebenarnya, bukannya, tadinya, panasnya, enklitika –nya selain berfungsi membedakan kata yang asalnya bukan kata kerja (benar, bukan, tadi, panas), juga sekaligus menjadikannya mengacu pada ihwal tertentu dalam satu wacana (tulisan atau pembicaraan). Khusus untuk kata sebenarnya, imbuhan se- -nya sudah menjadi satu paket.
Pada kata-kata besarnya, larinya, atau manisnya, enklitika –nya berfungsi membedakan atau menjadikan kata-kata yang asalnya bukan kata benda. Fungsi ini penting untuk subjek, suatu kata haruslah kata benda atau kata yang dibendakan.  
Sumber: Harian Kompas, Edisi 6 Januari 2012, Halaman 15

 A. Pengertian dan Fungsi Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang disampaikan dengan maksud mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan, atau pernyataan. Jawaban atas kalimat tanya dapat berbentuk jawaban pendek atau panjang.
Kalimat tanya berfungsi untuk meminta jawaban berupa penjelasan, untuk menggali informasi, untuk klarifikasi, atau konfirmasi. Kalimat tanya juga digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu yang disebut kalimat tanya tersamar. Selain itu, ada juga kalimat tanya yang diajukan tanpa memerlukan jawaban yang disebut kalimat tanya retoris. Pada pelajaran ini, macam-macam kalimat tanya seperti itu akan kita pelajari kembali.
Perhatikan contoh keragaman kalimat tanya berikut.
1.      Apakah Anda bersedia ditugaskan di sini? (konfirmasi)
2.      Dari semua barang yang ditawarkan ini, mana yang Anda pilih? (pilihan)
3.      Di manakah alamat Anda? (menggali informasi tentang tempat)
4.      Apakah kita tidak malu menjadi bangsa yang terkenal karena korupsinya? (retorik)
5.      Siapa yang tidak hadir hari ini? (menanyakan orang)
6.      Bagaimana perasaannya, hanyalah Tuhan yang tahu. (retorik)
7.      Diakah orang yang kemarin mencarimu? (klarifikasi)
8.      Sudahkah Anda terima kiriman saya kemarin? (konfirmasi)
9.      Dapatkah Anda menyelesaikan tugas ini dengan cepat? (menyuruh)
10.  Siapakah yang tidak ingin sukses? (retorik)

B. Jenis Kalimat Tanya
Dilihat dari pemakaian secara lisan maupun kalimat, kalimat tanya dapat dibedakan menjadi kalimat tanya biasa, tanya retoris, kalimat Tanya bertujuan untuk klarifikasi atau konfirmasi, dan kalimat tanya tersamar.

1. Kalimat Tanya Biasa
Salah satu ciri kalimat tanya ialah menggunakan kata tanya. Kata tanya biasanya digunakan untuk pertanyaan yang bertujuan meminta penjelasan atau menggali informasi. Di bawah ini adalah tabel yang berisi macam-macam kata tanya dan tujuan penggunaannya berikut jawaban yang diinginkan oleh penanya. Perhatikan dengan saksama.


Kata Tanya
Partikel
Menanyakan
Jawaban yang Diinginkan
apa
(-kah)?
suatu benda/binatang
ya/tidak/bukan
bagaimana
(-kah)?
cara/proses
menjelaskan cara/proses kerja sesuatu
berapa
(-kah)?
Jumlah
menjelaskan jumlah tertentu (yang pasti)
bilamana
(-kah)?
Waktu
menjelaskan waktu/kurun waktu tertentu
dari mana
(-kah)?
arah/asal
menjelaskan arah/asal muasal sesuatu
mana
(-kah)?
Tempat
menjelaskan nama/lokasi/posisi tempat
kapan
(-kah)?
Waktu
menjelaskan waktu/kapan peristiwa terjadi
keberapa
(-kah)?
Urutan
menjelaskan urutan ke berapa dari sejumlah angka
kemana
(-kah)?
arah/tujuan
menjelaskan arah/tujuan yang dituju
mana
(-kah)?
Pilihan
menjelaskan satu/beberapa dari sejumlah pilihan
mengapa
(-kah)?
Alasan
menjelaskan alasan/sebab terjadinya sesuatu
siapa
(-kah)?
orang/manusia
menyebutkan nama dan penjelasan seperlunya
dengan apa
(-kah)?
Alat
menyebutkan alat yang digunakan

Kalimat tanya untuk menggali informasi umumnya digunakan pada saat wawancara atau dalam dialog yang membahas tentang suatu hal. Pertanyaan diajukan kepada narasumber yang diharapkan dapat memberikan informasi atau penjelasan yang lebih dalam sesuai dengan yang ditanyakan.

2. Kalimat Tanya Retorik
Kalimat tanya retorik ialah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban atau tidak mengharuskan adanya jawaban. Kalimat tanya retorik cenderung bersifat pernyataan hanya untuk mencari perhatian atau bermaksud memberi semangat, gugahan, atau kritik. Kalimat tanya retorik sering digunakan dalam pidato-pidato atau orasi.
Contoh kalimat tanya retorik:
1.      Saya tidak habis pikir mengapa dia menolak penugasan itu.
2.      Siapa yang bekerja keras, dialah yang akan menjadi orang sukses.
3.      Mana mungkin kita mampu membalas jasa kedua orang tua kita.
4.      Apakah kita harus kembali dijajah?
5.      Bagaimana bisa tugasmu selesai, kerjaanmu hanya bermalas-malasan.
Ciri-ciri pertanyaan retorik:
(1)   berbentuk pertanyaan dan penegasan,
(2)   terkadang menggunakan kata tanya,
(3)   tidak memerlukan jawaban,
(4)   orang yang bertanya dan yang ditanya sama-sama mengetahui jawabannya,

3. Kalimat Tanya untuk Konfirmasi dan Klarifikasi
Untuk melakukan klarifikasi (penjernihan) maupun konfirmasi (pembenaran/ penegasan), kita perlu mengajukan pertanyaan yang jawabannya cukup perkataan ya atau tidak, atau ya atau bukan. Ada beberapa hal yang menandai bentuk pertanyaan untuk konfirmasi atau klarifikasi, yaitu seperti berikut.
1. Menggunakan informasi tanya dengan menekankan kata-kata yang dipentingkan.
Contoh:
1.      Dia yang memukulmu kemarin?
2.      Kalau begitu, Bapak yang berada di belakang ini semua?
3.      Menggunakan partikel –kah.
Contoh:
1.      Inikah yang dinamakan cinta?
2.      Anak itukah yang dicari polisi?
3.      Menggunakan kata tanya apa atau apakah.
Contoh:
1.      Apa Bapak bersedia hadir pada acara peresmian kantor baru?
2.      Apakah Anda masih sekolah?
2. Menggunakan kata tidak atau bukan sebagai unsur penegas.
Contoh:
1.      Kamu jadi berangkat ke Bandung atau tidak?
2.      Minuman ini beralkohol atau bukan?
3. Sebagai penegasan benar tidaknya, menggunakan kata bantu: benar, betul, jadi benar, dan jadi.
Contoh:
1.      Jadi dia yang mendapat rangking satu?
2.      Betul kamu yang mengambil uangnya?
3.      Jadi benar ayahnya seorang pembunuh bayaran?
4.      Benar dia adik kandungmu?

4. Kalimat Tanya Tersamar
Kalimat tanya tersamar adalah kalimat yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tidak langsung bukan untuk menggali informasi, klarifikasi, dan konfirmasi melainkan mengandung maksud-maksud lain.
Beberapa model kalimat tanya tersamar antara lain seperti berikut.
a.       Kalimat tanya tersamar untuk tujuan memohon 
Contoh:
1.      Terima kasih Anda tidak membuang sampah di sini.
2.      Tidak keberatan, kan kamu membawa koper ini?
3.      Sudikah Anda mampir ke rumahku?
b.      Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meminta
Contoh:
1.      Masakan Anda kelihatannya lezat sekali?
2.      Dapatkah Anda membantu saya hari ini.
3.      Bolehkah makanan ini saya cicipi?
c.       Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyeluruh
Contoh:
1.      Saya sangat senang jika Anda yang mengerjakan proyek ini.
2.      Sebaiknya kamu jangan berangkat sekarang.
3.      Maukah adik membantu saya menyelesaikan tugas ini?
d.      Kalimat tanya tersamar untuk tujuan mengajak
Contoh:
1.      Bukankah Bapak bersedia untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam kegiatan amal ini?
2.      Siapkah Anda berangkat sekarang?
3.      Bisakah membuat kopi untuk kakek?
e.       Kalimat tanya tersamar untuk tujuan merayu
Contoh:
1.      Kamu orang yang sangat handal dalam mengatasi berbagai masalah.
2.      Tentunya Anda yang pantas menduduki jabatan ini.
3.      Siapa yang menolak berteman dengan orang sebaik kamu?
f.       Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyindir (mengkritik, mencela, mengejek)
Contoh:
Memang ya pekerjaannya luar biasa sulit sehingga kamu bisa menyelesaikannya dengan cepat. Pekerjaan semudah ini tidak bisa diselesaikan dengan benar.
g.      Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meyakinkan
Contoh:
1.      Saya rasa kamu mampu mengerjakannya hari ini?
2.      Haruskah aku bersumpah agar kamu percaya?
3.      Inikah hasil usahamu.
h.      Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyetujui
Contoh :
1.      Saya kira kita sama-sama sependapat bukan?
2.      Mana mungkin saya menolak ajakanmu?
3.      Anda setuju dengan usulnya, kan?
i.        Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyanggah
Contoh:
1.      Apakah tidak lebih baik kita tanyakan dulu masalah yang sebenarnya?
2.      Kamu ke sini tidak takut dimarahi ayahmu?
3.      Mengapa kamu datang lagi ke sini?
j.        Kalimat tanya tersamar untuk menawarkan sesuatu
Contoh:
1.      Boleh saya bantu?
2.      Anda membutuhkan bantuan saya?
3.      Masih adakah yang perlu saya bawakan?

Drama

Bapak                : “Dia putra sulungku. Si anak hilang telah kembali ulang. Dan sebuah usul diajukan segera mengungsi ke daerah penduduk yang serta aman tenteram. Hem ya.. ya, usulnya dapat kumengerti. Karena ia sudah terbiasa bertahun-tahun hidup di sana. Dalam sangkar. Jauh dari debu prahara. Bertahun-tahun mata hatinya digelapbutakan oleh nina bobok, lelabuai oleh si penjajah. Bertahun-tahun semangatnya dijinakkan oleh suap roti keju. Celaka. Oo, betapa celakanya.”
Si bungsu senyum memandang.
Bungsu              : “Ah, Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri.”
Bapak                : “Ya, Anakku, terkadang orang lebih suka ngomong sendiri. Tapi bukankah tadi engkau bersama abangmu?”
Bungsu              : “Ya, sehari kami tamasya mengitari seluruh penjuru kota. Sayang sekali kami tidak berhasil menjumpai ma.....”
Bapak                : “Tunanganmu?”
Bungsu              : “Ah, dia selalu sibuk dengan urusan kemiliteran melulu. Bahkan, ketika kami mendatangi asramanya, ia tidak ada. Kata mereka, ia sedang rapat dinas. He heh, seolah seluruh hidupnya tersita untuk urusan-urusan militer saja.”
Bapak                : “Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak. Dan dalam keadaan ini bagi seorang prajurit, kepentingan Negara ada di atas segalanya. Bukan saja seluruh waktunya, bahkan jiwa raganya. Tapi, eh, mana abangmu sekarang?”
Bungsu              : “Oo, rupanya dia begitu rindu kepada bumi kelahirannya. Seluruh penjuru kota dipotreti semua. Tapi, kurasa abang akan segera tiba dan sudahkah Bapak menjawab usul yang diajukannya itu?”
Bapak                : “Itulah, itulah yang hendak kuputuskan sekarang ini, Nak.”
Bungsu              : “Nah, itu dia!”
Si sulung datang dengan mencangklong pesawat potret mengenakan kata mata hitam. Terus duduk melepas kaca mata dan meletakkan pesawat potret di meja.”
Sulung               : “Huhuh, kota tercintaku ini rupanya sudah berubah wajah dipenuhi baju seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat berduri dan wajahnya kini menjadi garang berhiaskan laras-laras mesin. Tapi, di atas segalanya, kota tercintaku ini masih tetap memperlihatkan kejelitaannya.”
Bapak                : “Begitulah, Nak, suasana kota yang sedang dikecam keadaan darurat perang.”
Sulung               : “Ya, pertanda akan hilang keamanan, berganti huru-hara keonaran. Dan mumpung masih keburu waktu, bagaimana dengan putusan Bapak atas usulku itu?”
Bapak                : “Menyesal sekali, Nak...”
Sulung               : “Bapak menjawab dengan penolakan, bukan?”
Bapak                : “Ya.”
Bungsu              : “Jawaban Bapak sangat bijaksana.”
Sulung               : “Bijaksana? Ya, kaubenar, manisku. Setidak-tidaknya demikianlah anggapanmu karena bukankah secara kebetulan tunanganmu adalah seorang perwira TNI di sini. Tapi maaf, bukan maksudku menyindirmu, adik sayang.”
Bungsu              : “Ah, tidak mengapa. Kauhanya sedang keletihan. Mengasohlah dulu, ya, Abang. Mengasolah, kaubegitu capek tampaknya. Bapak, biar aku pergi belanja dulu untuk
hidangan makan siang nanti.”
Sibungsu pergi. Si sulung mengantar dengan senyum.
Bapak                : “Nak, pertimbangan bukanlah karena masa depan adikmu seorang. Juga bukan karena masa depan sisa usiaku.”
Sulung               : “Hem. Lalu? Karena rumah dan tanah pusaka ini barangkali, ya Bapak.
Bapak                : “Sesungguhnyalah, Nak. Lebih dari itu.”
Sulung               : “Oo, ya? Apa itu ya, Bapak?”
Bapak                : “Kemerdekaan.”
Sulung               : “Kemerdekaan? Kemerdekaan siapa?”
Bapak                : “Bangsa dan bumi pusaka ini.”
Si Sulung tertawa.
Sulung               : “Bapak yang baik. Bertahun sudah aku di daerah pendudukan sana bersama beribu bangsa awak tercinta. Dan aku seperti juga mereka, tidak pernah merasa menjadi
budak belian ataupun tawanan perang. Ketahuilah, Bapak, di sana hidup merdeka.”
Bapak                : “Bebaskah kamu menuntut kemerdekaan?”
Sulung               : “Hoho, apa mesti dituntut. Kami di sana manusia-manusia merdeka.”
Bapak                : “Bagaimana kemerdekaan menurut kau, Nak?”
Sulung               : “Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana, segala lapangan kerja terbuka lebar-lebar bagi bangsa awak. Di sana, bagian terbesar tentara polisi, alat Negara bangsa awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup dalam damai. Rukun berdampingan antara si putih dan bangsa awak...”
Bapak                : “Dan di atas segalanya pula, di sana si Putih menjadi dipertuan. Dan sebuah bendera asing jadi lambing kedaulatan, lambang kuasa, penjajahan. Dapatkah itu kauartikan
suatu kemerdekaan?”
Sulung               : “Baik, baik. Tapi ya, Pak, kita bukan politisi.”
Bapak                : “Nak, setiap patriot pada hakikatnya adalah seorang politisi juga. Kendati tidak harus berarti menjadi seorang diplomat, seorang negarawan. Dan justru, karena kesadaran dan pengertian politiknya itulah seorang patriot akan senantiasa membangkang terhadap tiap politik penjajahan. Betapapun manis bentuk lahirnya. Renungkanlah itu, Nak. Dan marilah kuambil contoh masa lalu. Bukankah dulu semasa kita masih hidup, keluarga dalam suasana aman tenteram dan masa pensiun yang enak, sudah dengan sendirinya berarti hidup dalam kemerdekaan? Tidak Anakku! Kemerdekaan tidak ditentukan oleh semua itu. Kemerdekaan adalah soal harga diri kebangsaan, soal kehormatan kebangsaan. Ia ditentukan oleh kenyataan, apakah suatu bangsa menjadi yang dipertuan mutlak atas bumi pusakanya sendiri atau tidak. Ya, anakku, renungkanlah kebenaran ucapan ini. Renungkanlah ......”

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.      Carilah kalimat pertanyaan yang bersifat retoris dari cerita drama di atas!
2.      Temukan kalimat tanya yang bersifat konfirmasi dari cerita drama di atas!
3.      Setelah kamu membaca percakapan dalam naskah drama, jelaskan topik  pembicaraan dalam naskah drama tersebut!
4.      Adakah sikap-sikap yang menyimpang dari ketentuan dalam menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi dalam dialog drama tersebut?
5.      Buatlah kalimat tanya tersamar dengan tujuan mengajak, menyuruh, meminta, masing-masing satu kalimat!
6.      Jelaskan teknik atau cara mengajukan pertanyaan yang baik!
7.      Ubahlah pernyataan di bawah ini menjadi pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak dan ya atau bukan.
a.       Pamannya seorang montir.
b.      Bapaknya mempunyai sawah yang luas.
c.       Kepala sekolah sedang mengikuti seminar.
d.      Kenalannya manajer koperasi.
e.       Kegiatan ekstrakurikuler sekolahku menarik.
8.      Bandingkan kalimat tanya yang ada dalam artikel –Nya yang tidak posesif dan dalam drama !
9.      Buatlah dua contoh kalimat tanya yang bersifat klarifikasi yang sesuai dengan artikel –Nya yang tidak posesif!
10.  Sebutkan empat cara untuk mengubah pernyataan menjadi pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak atau ya atau bukan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar