Firman Alloh

Senin, 02 Januari 2012

Penggolongan kata oleh C.A. Mees (1957: h. 50-290)


C. A. Mees dalam bukunya Tatabahasa Indonesia menggolongkan kata-kata menjadi 10 golongan kata, ialah:
1.      Kata benda atau nomen substantivum
2.      Kata keadaan atau nomen adjektivum
3.      Kata ganti atau pronomina
4.      Kata kerja atau verbum
5.      Kata bilangan atau numeri
6.      Kata sandang atau articulus
7.      Kata depan atau praepositio
8.      Kata keterangan atau adverbum
9.      Kata sambung atau conjunction
10.  Kata seru atau interjection
   
1.1.1        Kata benda atau nomen substantivum
Kata benda atau nomen substantivum ialah kata yang menyebutkan nama substansi atau perwujudan. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, ialah kata benda yang bersifat konkret dan kata benda yang bersifat abstrak. antara kedua golongan kata benda itu tidak ada perbedaan bentuk yang menjadi cirinya. Baik kata benda konkret maupun abstrak mungkin berupa kata dasar, mungkin pula berupa kata turunan.
1.1.2        Kata keadaan atau nomen adjektivum
Dijelaskan bahwa kata keadaan memiliki tiga fungsi, ialah sebagai berikut.
1.      Fungsi predikatif, yaitu apabila kata keadaan itu menduduki fungsi predikat, misalnya kata tinggi dan pucat dalam kalimat Pohon itu tinggi; mukanya pucat.
2.      Fungsi atributif, yaitu apabila kata keadaan itu terikat pada kata benda, misalnya tinggi, besar, lama, dan kecil dalam pohon tinggi, peralatan besar, pangkalan lama, dan perahu kecil.
3.      Fungsi substantif, yaitu apabila kata keadaan itu disubstansikan oleh kata sandang dan mengganti substantif yang bersangkutan, misalnya si nakal, yang tinggi.
1.1.3        Kata ganti atau pronominal
Kata ganti atau pronominal ialah kata-kata yang menunjuk, menyatakan, atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian jjustru mengganti namanya. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu sebagai berikut.
1.      Kata ganti persona ialah kata-kata yang menggantikan nama-nama persona. Dapat digolongkan menjadi (1) kata ganti persona pertama, misalnya aku, saya, kami; (2) kata ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara; (3) kata ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka. Kata-kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan dan nama juga sering digunakan sebagai kata ganti, misalnya bapak, ayah, ibu, adik, kakak, dan sebagainya.
2.      Kata ganti mandiri ialah kata ganti yang mengganti diri persona itu sendiri, yaitu kata diri dan kata diri sendiri.
3.      Kata ganti penunjuk ialah kata yang menunjuk tempat sesuatu substansi, atau dapat juga mengganti substansi itu, yaitu kata ini dan itu.
4.      Kata ganti relatifialah kata ganti yang menyatakan perhubungan antara sebuah substansi dengan kalimat yang menjelaskannya, yaitu kata yang.
5.      Kata ganti penanya, ialah kata yang menyatakan pertanyaan mengenai nama substansi, misalnya kata apa, siap, dan mana.
6.      Kta ganti tak tentu ialah kata yang menyatakan suatu substansi yang tak tentu, yaitu kata apa, apa-apa, siapa-siapa, mana-mana, anu, masing-masing, sesuatu, dan seseorang.

1.1.4        Kata kerja atau verbum
Kata kerja atau verbum dibedakan menjadi dua golongan, sebagai berikut.
1.      Kata kerja transitif yaitu kata kerja yang membutuhkan substantive supaya sempurna artinya, dan
2.      Kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang sudah sempurna artinya, karena itu tidak dapat dibubuhi substantive sebagai pelengkapnya.
Selain daripada itu, dikemukakan pula kata kerja lain, ialah yang disebut kata kerja kopula. Kata kerja kopula ialah kata kerja yang bertindak sebagai kopula, misalnya kata adalah, jadi, menjadi, jatuh, misaanya dalam jatuh sakit.

1.1.5        Kata bilangan atau numeri
Kata bilangan atau numeri digolongkan menjadi
1.      Induk kata bilangan, misalnya satu, dua, tiga, seratus, lima ribu, dan seterusnya.
2.      Kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, segala.
3.      Kata bilangan kumpulan, misalnya ketiga, berlima.
4.      Kata bilangan bertingkat, misalnya kesatu, kedua, ketiga.
5.      Kata bilangan pecahan, misalnya dua pertiga, seperdua.

1.1.6        Kata sandang atau articulus
Menurut fungsi dan pemakaiannya Kata sandang atau articulus dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1.      Kata sandang tentu, yaitu kata yang.
2.      Kata sandang persona, yaitu kata si, dan sang.
3.      Kata sandang tak tentu, yaitu kata seorang, sebuah, dan sesuatu.

1.1.7        Kata depan atau praepositio
Pada umumnya, kata depan dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan yang tulen ialah di, ke, dan dari. Di samping itu, terdapat kata depan yang lain, ialah pada, akan, dengan, serta, antara, sama, demi, peri, tentang, karena, bagi, untuk, guna, oleh, dan sebagainya. Ada lagi yang disebut kata ulang majemuk, ialah kata-kata di dekat, di dalam, ke dekat, ke luar, dari dalam, di hadapan, dan sebagainya.

1.1.8        Kata keterangan atau adverbum
Yang dimaksud Kata keterangan atau adverbum ialah kata yang menerangkan (1) kata kerja dalam segala fungsinya, (2) kata keadaan dalam segala fungsinya, (3) kata keterangan, (4) kata bilangan, (5) predikat kalimat, tak peduli jenis kata apa kalimat itu, dan (6) menegaskan subjek dan predikat kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi:
1.      Kata keterangan waktu, misalnya dahulu, kemarin, hari ini, sekarang, kini, besok, kemudian, selamanya, dan sebagainya.
2.      Kata keterangan modal, yang dapat dibedakan menjadi: 1. Kepastian, misalnya kata-kata memang, niscaya, pasti, dan sebagainya. 2. Pengakuan, misalnya kata-kata ya, benar, betul, sebenarnya, dan sebagainya. 3. Kesangsian, misalnya kata-kata agaknya, barangkali, dan sebagainya. 4. Keinginan, misalnya kata-kata moga-moga, mudah-mudahan. 5. Ajakan, misalnya kata-kata baik, mari, hendaknya. 6. Kewajiban, misalnya kata-kata harus, perlu, wajib. 7. Larangan, ialah kata jangan. 8. Ingkaran, ialah kata bukan, bukannya, tidak. 9. Keheranan, ialah kata masakan, mana boleh, mustahil.
3.      Kata keterangan tempat dan jurusan, misalnya kata-kata di sini, dari situ, ke sana dari mana, dan sebagainya.
4.      Kata keterangan kaifat atau kualitatif, misalnya kata-kata perlahan-lahan, dengan gembira, kuat-kuat, selebar-lebarnya, dan sebagainya.
5.      Kata keterangan derajat dan permana, misalnya kata-kata amat, hampir, sangat, kurang, dan sebagainya.
6.      Kata tekanan, ialah kah, gerangan, pula, pun, dan lah.

1.1.9        Kata sambung atau conjunction
Kata sambung atau conjunction ialah kata-kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat-kalimat. Kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang berdiri pada permulaan sebuah kalimat sebagai pengantar sebuah cerita, suatu pasal, atau kalimat baru juga termasuk golongan kata sambung, misalnya kata-kata apabila, bilamana, lagi pula, dan, agar, karena, dan sebagainya.

1.1.10    Kata seru atau interjection
Kata seru atau interjection ialah kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi yang memperingatkan akan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan pelbagai rasa heran. Kadang-kadang kata seru itu menirukan bunyi yang jelas, seperti hm, yaitu bunyi deham, ha, sst, dan sebagainya.
Yang termasuk golongan kata seru misalnya kata-kata ya, wah, ah, hai, o, oh, cis, cih, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar