Firman Alloh

Minggu, 01 Januari 2012

PSIKOLINGUISTIK SEBAGAI PENGANTAR

Pendahuluan


Secara garis besar psikolinguistik atau psikologi bahasa ialah kajian faktor-faktor psikologi dan neurobiologi yang membolehkan manusia memperoleh, menggunakan, dan memahami bahasa. Penglibatan-penglibatan singkat dalam bidang ini pada mula-mulanya merupakan usaha-usaha falsafah, diakibatkan sebahagian besarnya oleh kekurangan data-data yang padu tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Penyelidikan modern mempergunakan biologi, neurosains, sains kognitif, dan teori maklumat untuk mengkaji bagaimana otak memperoses bahasa. Adadnya beberapa subdisiplin; umpamanya, teknik-teknik tak invasif untuk mengkaji pengerjaan neurologi otak semakin digunakan, dengan neurolinguistik kini merupakan sebuah bidang baru pada dirinya.

Psikolinguistik meliputi proses-proses kognitif yang membolehkan penjanaan ayat-ayat yang bertatabahasa dan bermakna dari segi perbendaharaan kata dan struktur tatabahasa, serta proses-proses yang membolehkan pemahaman pernyataan, perkataan, teks, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mengkaji keupayaan bayi-bayi dan kanak-kanak untuk membelajari bahasa, biasanya melalui kaidah-kaidah uji kaji atau sekurang-kurangnya kaedah kuantitatif (dan bukannya pencerapan naturalistik seperti yang dilakukan oleh Jean Piaget dalam penyelidikannya terhadap perkembangan kanak-kanak).
Pada bagian selanjutnya akan disajikan paparan mengenai definisi kognitif dan model kognitif sebagai pendekatan dalam psikolinguistik. Di dalam paparan tersebut, Anda menemukan penjelasan mengenai kelebihan-kelebihan bahasa atas kemampuan lain manusia dalam menopang kehidupan manusia. Kemampuan manusia dalam memahami dan menyimak ribuan bahkan jutaan kata dalam kehidupannya serta hakikat kemampuan tersebut akan disinggung secara garis besar pada pembahasan ini.




Pembahasan


Hakikat Bahasa
Hakikat bahasa sebagai sistem vokal, kemanasukaan bahasa, dan fungsi komunikatifnya telah diuraikan agak mendalam dalam bagian ini. Bahasa sebagai sebuah sistem terstruktur memulai pembahasan, kemudian diikuti oleh pembahasan bahasa sebagai lambang bunyi. Pada bagian tersebut dibahas, bahwa bahasa bukanlah bunyi yang sembarangan dan caka, melainkan terstruktur secara rapi sehingga bunyi-bunyi yang tidak terangkai menurut sistem fonologis sebuah bahasa umumnya sulit untuk dikenali oleh penutur asli bahasa tersebut. Pada bagian selanjutnya pembahasan dikembangkan pada pembahasan mengenai, apa saja sebagai lambangnya bunyi vokal. Dalam pembahasan ini dibahas bahwa hanya bunyi-bunyi tertentu saja yang tergolong pada bunyi bahasa. Kemudian, pembahasan diakhiri dengan membahas bahasa sebagai sistem komunikasi berdasarkan keterikatan antara ciri-ciri generik tindak komunikasi, ciri-ciri konteks komunikasi dan pemilihan ragam bahasa yang cocok untuk tindak komunikasi bahasa tersebut.

Kaidah-Kaidah Bahasa


Pada pokok bahasan kedua, Anda akan mendapatkan penjelasan mengenai kreativitas bahasa dan kaidah-kaidah yang mengaturnya. Pada satu sisi, bahasa memiliki sifat kreatif dan lentur, di sisi lain bahasa juga memiliki kaidah-kaidah yang membatasi kreativitas dan kelenturan tersebut. Sudah bisa Anda duga bahwa paparan dalam bagian ini akan sangat menarik bagi Anda. Secara garis besar, paparan ini meliputi ciri-ciri bahasa manusia yang berkaitan dengan ciri kreativitas bahasa, seperti ketidakterikatan pada rangsangan luar maupun rangsangan dalam, keterikatan ungkapan bahasa manusia dengan situasi penggunaannya, dan kemampuan sebuah bahasa dalam menghasilkan kosakata baru dalam upaya mewadahi temuan-temuan baru dalam konteks budaya tempat bahasa tersebut digunakan.

Selanjutnya pokok bahasan ini juga berkaitan dengan kaidah-kaidah yang mengatur pembentukan ungkapan-ungkapan kebahasaan. Dalam perjalanan Anda membaca nanti, Anda akan mulai memahami mengapa meskipun manusia memproses jutaan kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru, keasingan ungkapan-ungkapan baru ini tidak terasa dan tidak tersadari.
Pada bagian kedua dari sub pokok bahasan ini, telah dibahas relevansi teori kognitif dan teori perkembangan kognitif dengan pengajaran bahasa. pembahasan akan dimulai dengan upaya-upaya awal ke arah penggunaan teori kognitif Piaget ke dalam pengajaran bahasa serta penilaian mengenai ketetapannya. Kemudian, diikuti oleh pendekatan Taylor dan Taylor yang mengemukakan pendekatan proses komputer dalam menjelaskan proses kognitif manusia serta keterkaitannya dengan belajar bahasa.




Keterkaitan Psikolinguistik Dengan Pengajaran Bahasa
Model-model keterkaitan antara bahasa, kognitif dan Sosial dan Peranan Pengajaran. Pada subpokok bahasan ini telah dibahas dua hal penting sekaitan dengan pembahasan mengenai pemerolehan bahasa kedua, yakni pembahasan mengenai keterkaitan antara kognitif, bahasan dan sosial dan peranan pengajaran formal dalam kegiatan pemerolehan bahasa. Melalui pembahasan tersebut, sub pokok bahasan ini telah berhasil menegaskan kembali fungsi kemampuan kognitif, fungsi kemampuan berbahasa dan fungsi seseorang.

Pada bagian awal telah disajikan tiga model keterkaitan antara faktor-faktor bahasa, kognitif dan sosial. Sekaitan dengan itu, telah diketengahkan tiga model utama, yakni: model reduksionis, model interaksionis dan model terpadu. Ketiga model ini menjadi landasan penelitian dan pemahaman peranan dan keterkaitan faktor kognitif, faktor bahasa, dan faktor sosial dalam komunikasi bahasa. Kelebihan dan kelemahan masing-masing model juga telah dibahas secara umum dalam bagian ini.


Proses Pemerolehan Bahasa
Pada bagian selanjutnya, telah dibahas mengenai peranan pengajaran formal dalam proses pemerolehan bahasa. Pendapat-pendapat para ahli dalam bidang ini dikemukakan dan dibahas. Kemudian juga disajikan berbagai hasil kajian dalam bidang ini. Pendapat-pendapat tersebut terangkum dalam tiga aliran utama: aliran lintascara, aliran non-lintascara, dan aliran keragaman.
Aliran pertama, yakni aliran lintascara, berpendapat bahwa belajar dapat berkembang menjadi pemerolehan, dan sebaliknya pemerolehan dapat kemudian dilanjutkan dengan belajar. Di lain pihak, aliran non-lintascara berpendapat bahwa pemerolehan tidak dapat berkembang menjadi belajar, dan begitu pun sebaliknya. Pemerolehan dan belajar merupakan dua hal yang berbeda. Terakhir, aliran keragaman beranggapan bahwa pembelajar memiliki pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing dan sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan ajar yang dipelajari: Meskipun demikian, ketiga aliran ini beranggapan bahwa pengajaran formal hanya dapat membantu mempercepat pemerolehan dan bukan menentukan hasil pemerolehan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar