Pendahuluan
Pembelajaran Bahasa Indonesia sampai saat ini
masih saja mengalami kendala-kendala. Kendala-kendala ini disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya faktor guru dan siswa itu sendiri. Satu hal
yang sangat memprihatinkan, pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia
tidak dianggap berhasil (Widharyanto,1999:71). Salah satu indikatornya adalah
nilai matakuliah Bahasa Indonesia yang kadang masih rendah dan tidak jarang
pula masih tertinggal jauh dari matakuliah eksak dan bahasa asing.
Pada tingkat perguruan tinggi, jurusan Bahasa
Indonesia juga tampak lesu. Minat calon mahasiswa untuk masuk ke jurusan Bahasa
Indonesia masih sangat rendah. Masyarakat pun masih memandang sebelah mata
terhadap jurusan Bahasa Indonesia. Alasan masyarakat beragam, di antaranya
jurusan Bahasa Indonesia tidak bermutu, ilmunya tidak banyak mendatangkan
manfaat praktis (dari segi materi tidak banyak mendatangkan manfaat), tidak
bergengsi, dan para sarjana Bahasa Indonesia banyak mengalami kesulitan dalam
mencari pekerjaan.
Melihat keterpurukan kedudukan mata pelajaran
Bahasa Indonesia ataupun jurusan Bahasa Indonesia di beberapa tempat ini, maka
sudah saatnya para akademisi dan orang-orang yang peduli terhadap masalah ini
mengoreksi dan meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Berawal dari
perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia inilah diharapkan dapat mengubah
pandangan para siswa maupun mahasiswa terhadap mata pelajaran atau matakuliah
Bahasa Indonesia dan pandangan masyarakat terhadap jurusan Bahasa Indonesia.
Makalah ini akan sedikit menguraikan solusi yang
mungkin berguna bagi pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah ini hanya dibatasi
pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan kedua, mengingat
pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan kedua dinilai belum
berhasil atau belum begitu memuaskan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama dan Kedua
Pembelajaran bahasa pada umumnya dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu pembelajaran bahasa pertama atau
bahasa ibu, pembelajaran bahasa kedua, dan pembelajaran bahasa asing.
Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama terjadi apabila siswa
merupakan penutur asli Bahasa Indonesia. Proses pembelajaran yang terjadi dalam
pembelajaran bahasa pertama ini adalah pemerolehan dan belajar. Pembelajaran
Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua terjadi apabila Bahasa Indonesia
mempunyai fungsi komunikatif dalam masyarakat di mana penutur tinggal. Dalam
hal ini, komunikasi dalam masyarakat dipilah-pilah menurut konteksnya. Dalam
konteks keluarga, bahasa yang dipakai oleh siswa adalah bahasa pertama dan
dalam konteks lingkungan bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Sementara
pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing apabila Bahasa Indonesia
tidak memiliki fungsi komunikatif yang mantab dalam lingkungan masyarakat yang
belajar Bahasa Indonesia.
Siswa atau pembelajar Bahasa Indonesia yang
berbahasa ibu Bahasa Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia tidak hanya di
dalam kelas tetapi juga di rumah dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian
Bahasa Indonesia menjadi sangat dominan dalam interaksi keseharian pembelajar
atau siswa. Sementara pembelajar (siswa) Bahasa Indonesia yang berbahasa ibu
bahasa daerah menggunakan bahasa daerah di rumah dan lingkungan masyarakatnya,
dan sedikit sekali mempunyai kesempatan menggunakan bahasa daerah di lingkungan
atau situasi formal. Dari perbedaan ini maka strategi pembelajaran Bahasa
Indonesia yang dipersiapkan oleh pengajar tentu berbeda. Dalam hal ini pengajar
harus benar-benar mengetahu latar belakang pembelajar (siswa) agar strategi
yang diterapkannya benar-benar efektif.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Metode Pembelajaran
Metode mengajar guru akan mempengaruhi belajar
siswa. Untuk itu guru harus berani mencoba metode-metode atau teknik-teknik
baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan
meningkatkan motivasi siswa. Sampai saat ini (sepanjang pengetahuan penulis)
belum ada metode pembelajaran yang benar-benar sempurna. Untuk itu tidak ada
salahnya jika guru mempertimbangkan saran yang disampaikan Soenjono
Dardjowidjojo, yaitu guru harus bisa memetik dan memakai mana yang unggul dan
membuang mana yang busuk. Artinya guru harus berani memadukan beberapa metode
pembelajaran dalam rangka menuju 'kesempurnaan' pembelajaran.
Sebagai contoh, guru menggunakan pendekatan
komunikatif sekaligus menggunakan pendekatan longitudinal. Dari kedua
pendekatan ini, guru dapat mengambil sisikeunggulan kedua pendekatan tersebut.
Dalam hal ini guru menyampaikan struktur bahasa yang benar (tetapi tidak melulu
mengajarkan struktur) dan disertai memberikan kesempatan pada pembelajar
(siswa) untuk mempraktikkan bahasa yang diperolehnya agar lebih komunikatif.
Ketika pembelajar (siswa) mempraktikkan bahasanya, guru membetulkan kesalahan
yang dibuat oleh pembelajar (siswa). Dengan demikian pembelajar akan terampil
menggunakan bahasanya dengan meminimalkan kesalahan.
Selain itu, guru harus mengingat apa yang dikatakan
Widdowson (dalam Dardjowidjojo, 2003:5) yaitu sudah saatnya kita meninggalkan
model pembelajaran yang berorientasi pada language usage, sebab yang
diperlukan pembelajar (sisiwa) sebenarnya adalah language use. Dalam
hal ini guru hendaknya lebih menekankan pada penggunaan bahasa, artinya
pembelajar (sisiwa) ditunjukkan tentang aplikasi bahasa dan ragam bahasa yang
ada di tengah masyarakat. Hal ini bertujuan agar pembelajar (sisiwa) dapat
menggunakan bahasa dengan baik dan benar jika ia nantinya terjun ke masyarakat.
Keputusan tentang metode pembelajaran mana yang
akan dipakai harus mempertimbangkan latar belakang pembelajar (siswa), antara
lain latar belakang sosial budaya dan bahasa ibu yang dipergunakan. Sebagai
ilustrasi, berikut contoh situasi yang dapat dipertimbangkan guru dalam
mengambil keputusan tentang metode pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa
ibu. Apabila pembelajar (siswa) mempunyai ibu berupa bahasa daerah, maka sangat
dimungkinkan pembelajaran bahasa keduanya sangat dipengaruhi bahasa pertamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar