Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul Tatabahasa Indonesia (1984)
membagi keta menjadi empat jenis. Pembagian ini berdasarkan struktur
morfologisnya.
1) Kata Benda (nomina
substantiva)
2) Kata Kerja (verba)
3) Kata Sifat (adiectiva)
4) Kata Tugas (= Function Words)
1)
Kata Benda (nomina substantiva)
Kata benda adalah kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan
ke-an, pe-an, pe-, -an, dan ke-, misalnya perumahan,
perbuatan, kecantikan, pelari, jembatan, kehendak, dan lain-lain. Tetapi
disamping itu ada sejumlah kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata benda
berdasarkan bentuknya, walaupun kata itu adalah kata benda, seperti meja, kursi, rumah, pohon, kayu, dan
lain-lain.
Keraf menjelaskan lebih lanjut mengenai kedua macam kata benda,
baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan dapat mengandung cirri
struktural yang sama yaitu dapat diperluas
dengan yang + kata sifat.
Misalnya: perumahan
yang baru
pelari
yang cepat
kehendak yang baik
meja yang
besar
pohon yang tinggi, dan lain-lain.
Jadi dilihat dari
struktur bahasa Indonesia segala kata yag digolongkan dalam kata benda haruslah
mengandung ciri-ciri itu, dan dengan sendirinya ciri-ciri itu akan menjadi
dasar untuk member batasan terhadap kata benda.
Suatu kata yang
asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan ke jenis kata lain dengan
menambahkan imbuhan, seperti lari
ditambah imbuhan pe- menjadi pelari. Dapat dipindahkan juga dengan
menambahkan partikel, misalnya si
kancil, beratnya, sang jenaka, dan lain-lain. Demikian juga sebaliknya, ada
kata-kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya kopi menjadi mengopi, lubang menjadi melubangkan,
dan sebagainya.
Keraf menjadikan
kata ganti sebagai sub-golongan kata benda karena menduduki tempat-tempat kata
benda dalam hubungan atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata
benda. Alasan lain mengapa Keraf menjadikan kata ganti sebagai sub-golongan
kata ganti karena kata-kata tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri dan jumlahnya
pun terbatas. Dengan melalui substansi, kata-kata itu menduduki segala macam
fungsi yang diduduki oleh kata benda.
Ali pergi
ke sekolah Ia pergi ke sekolah
Guru mengajar Ali Guru mengajarnya
Soal dikerjakan Ali Itu dikerjakan Ali, dan lain-lain.
2)
Kata Kerja (Verba)
Segala kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, di-, -i, dicalonkan menjadi kata kerja. Tetapi
disamping itu ada pula sejumlah kata kerja yang tidak mengandung unsur-unsur
itu, tetapi secara tradisional termasuk ke dalam kata kerja. Misalnya tidur, bangun, pergi, datang, terbang,
turun, naik, mandi, makan, minum, dan lain-lain. Dalam pemberian nama
kepada kata kerja ini ada yang menamakannya dengan kata kerja aus, ada pula yang menamakannya dengan kata kerja tanggap, itu tidak menjadi
persoalan. Yang paling penting adalah kita mencari ciri-ciri bagi kedua
golongan kata kerja ini. Di samping ciri-ciri bentuknya yang telah dikemukakan
di atas, kedua macam kata kerja itu mempunyai kesamaan struktur dalam kelompok
kata.
Keraf mempertegas lagi batasan kata kerja yaitu segala macam kata
yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan
+ kata sifat adalah kata kerja.
Misalnya Ia berjalan dengan cepat
Gadis itu menyanyi dengan
nyaring
Anak itu tidur dengan nyenyak, dan lain-lain.
Kata kerja pun dapat dipindahkan jenisnya ke jenis lain dengan
pertolongan morfem-morfem terikat, misalnya menyanyi
menjadi penyanyi, nyayian; mendengar
menjadi pendengar, pendengaran, dan
lain-lain. Begitupun sebaliknya kata benda atau kata sifat yang ditransposisikan
menjadi kata kerja, seperti besar
menjadi membesarkan; tinggi menjadi meninggikan; kopi menjadi mengopi; telur menjadi menelurkan; dan sebagainya.
3)
Kata Sifat (Adiectiva)
Kata sifat adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi + nya, serta dapat
diperluas dengan menambah kata paling,
lebih, sekali, adalah kata sifat. Apabila kita melihat dari segi bentuk,
segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya,
misalnya
se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya, dan lain-lain.
Dari segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan oleh
kata paling, lebih, sekali, misalnya
besar sekali, paling besar, lebih besar
tinggi sekali, paling tinggi, lebih tinggi
cepat sekali, paling cepat, lebih cepat
Dengan jelas tampak di sini bahwa kedua prosedur ini harus bekerja
sama untuk menentukan jenis suatu kata, baik pada kata difat, maupun kata benda
dan kata kerja. Keraf menambahkan juga beberapa kelas kata sebagai sub-golongan
kata sifat. Kata keterangan sebagiannya termasuk ke dalam kata sifat, seperti dengan nyaring, dengan cepat, dan
sebagainya. Kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata
sifat sebagai sub-golongan.
4)
Kata Tugas (= Function Words)
Dari segi bentuk, umumnya kata tugas sukar sekali mengalami
perubahan bentuk. Kata-kata seperti dengan,
telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tetapi
di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun
termasuk kata tugas, dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya tidak, sudah dapat berubah menjadi menidakkan, menyudahkan.
Dari segi kelompok kata, kata tugas hanya memiliki tugas untuk
memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata-kata tugas tidak dapat
menduduki fungsi pokok dalam sebuah kalimat. Fungsi-fungsi pokok seperti
subjek, predikat, dan objek diduduki oleh ketiga jenis kata lain.
Suatu ciri lain yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk
menentukan kata tugas adalah kalau kata benda, kata sifat dan kata kerja dapat
membentuk kalimat dengan sepatah katadari jenis kata itu, maka kata tugas
umumnya tidak demikian. Sebaga suatu tutur yang lengkap kita dapat mengatakan
babi! rumah! adik!
kerja! pergi! tidur!
bagus! cepat! manis! dan lain-lain.
Tetapi kita tidak dapat berbuat seperti itu dengan kata-kata tugas.
Kiat tidak bisa membentuk suatu kalimat dengan sepatah kata dari
* telah! *
dan! * sesudah!
* supaya! *
tetapi! * sebelum! dan
lain-lain.
Walaupun demikian ada beberapa kata tugas yang dapat bertindak
sebagai kata benda, kata sifat, atau kata kerja dalam membentuk suatu kalimat
minim, misalnya
sudah! belum!
tidak! bukan!
Jadi melihat uraian tersebut kata tugas terbagi atas dua macam.
1. Kata tugas yang moovalen (= bernilai satu) yaitu semata-mata
bertugas untuk memperluas kalimat, misalnya dan,
tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan sebagainya.
2. Kata tugas yang ambivalen (bernilai dua) yaitu di samping berfungsi
sebagai kata tugas monovalen, dapat pual bertindak sebagai jenis kata lain,
baik dalam membentuk suatu kaimat minim maupun merubah bentuknya, misalnya
sudah, tidak, dan lain-lain.
Dengan demikian fungsi kata
tugas adalah merubah kalimat yang minim menjadi kalimat transformasi.
Keraf memasukkan
partikel ke dalam golongan kata tugas, seperti kah, tah, lah, pun. Keraf menyebut kata-kata tersebut dengan
sebutan partikel penentu atau pengeras.
Perbedaan antara
partikel dan sufiks (juga semua afiks) dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Partikel tidak memindahkan kelas kata dari kata-kata yang diikutinya,
sedangkan sufiks (juga semua afiks) memindahkan kelas kata dari kata yang
diikutinya. Misalnya
Pergilah! (pergi tetap kata kerja)
Ayahlah yang berhak ! (ayah
tetap kata benda)
Besarlah harapanku! (besar tetap kata sifat)
Sudahlah! (sudah tetap kata tugas), tetapi
Cangkul - cangkulan! (kata benda >
kata kerja)
Besar - besarkan! (kata
sifat > kata kerja)
Sudah – sudahi (kata
tugas > kata kerja)
2. Kata-kata yang diikuti oleh sebuah pertikel bisa bermacam-macam
jenis katanya, dan tetap mempertahankan jenis katanya, sebaliknya sufiks (juga
semua afiks) mengelompokkan berbagai macam jenis kata itu menjadi satu jenis
yang sama.
Siapakah dia? (tetap
kata ganti tanya)
Di manakah barang itu? (tetap
kata tanya)
Bapakkah yang datang? (tetap
kata benda)
Besarkah pulau itu? (tetap
kata sifat)
Dengarkah olehmu suara itu? (tetap
kata kerja)
Sudahkah kamu menemuinya? (tetap
kata tugas), tetapi
Besarkan api itu! (kata
kerja dari kata sifat)
Lemparkan tombak itu? (kata
kerja dari kata kerja)
Tongkatkan pohon itu! (kata
kerja dari kata benda)
Sudahi pertengkaran itu! (kata
kerja dari kata tugas)
3. Bidang gerak partikel adalah sintaksi termasuk frasa dan klausa,
sebaliknya sufiks (juga semua afiks) bergerak dalam bidang morfologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar